MEDAN - Menindaklanjuti pertemuan tanggal 6 Desember 2021 yang merupakan pertemuan kedua, setelah pertemuan pertama beberapa bulan lalu dan bertempat di ruang Kepala Sekolah YPSA, Swa Ika P Dharma selaku orangtua dari Keanu, murid TKA1 YPSA mengajukan surat permohonan sebagai syarat pengembalian uang yang telah dibayarkan sebelum mengikuti pendidikan sebagaimana yang telah disampaikan oleh Kepala Sekolah TK YPSA, Minggu (12/12/2021) Siang.
permohonan surat yang dilayangkan ke YPSA ini sebagai bentuk respon Swa Ika P Darma selaku orang tua dari Keanu dan terkait dengan Statement dari Kepala Sekolah TK YPSA yang menyatakan “Bila tidak mau tatap muka 3 kali dalam seminggu, silakan menarik Keanu dari Shafiyyatul”, meskipun sebelum statement tersebut terucap, Swa Ika sudah menjawab bersedia untuk menaati aturan dari Dinas Pendidikan.
Orang tua murid tersebut hanya mempertanyakan sampai kapan bisa tatap muka setiap hari, Swa Ika juga merasa bahwa pertanyaan tersebut cukup wajar menurutnya.
"adalah hal yang wajar kami pertanyakan kepada YPSA, karena bukan hierarkhi-nya bila saya menanyakan langsung ke Dinas Pendidikan. Namun pertanyaan saya diartikan sebagai bentuk tidak mau mengikuti peraturan sehingga terucap statement tersebut, " tegas Swa Ika.
Swa Ika juga menyampaikanDampak dari pandemi mengakibatkan anaknya tidak bisa mengikuti pembelajaran tatap muka, disisi lain Swa Ika mengungkapkan bahwa anaknya tidak maksimal belajar secara zoom karena usianya yang masih berumur 4 tahun.
"pandemi menyebabkan anak kami yang sudah terlanjur mendaftar Play group di YPSA tidak dapat masuk sekolah. Seiring dengan bertambahnya usia, kami upgrade ke kelas TK. Beberapa waktu kemudian, kegiatan belajar baru bisa diselenggarakan dengan cara daring melalui aplikasi zoom. Namun tidak semua anak seusia TK dapat memahami dan mengikuti zoom dengan tertib meskipun sudah didampingi. Ketidakhadiran Keanu dalam zoom untuk waktu yang cukup lama tidak pernah dipertanyakan oleh guru atau wali kelas (lepas dari pantauan). Karena tidk ada solusi dari sekolah, kami minta bertemu dengan pihak Yayasan yang pada saat itu diwakili oleh pak Rudy Sumarto dari Bagian Humas, SOP dan Job Description dari Wali kelas terkait pantauan terhadap murid yang tidak hadir berturut - turut dalam zoom kami pertanyakan dalam pertemuan pertama. Dan kami usulkan untuk di-update mengingat zoom adalah kegiatan yang baru, bisa jadi belum tercantum dalam SOP maupun Job Description Wali Kelas, " sambungnya.
Swa Ika memberikan pengajar privat untuk anaknya, agar ketertinggalan pelajaran yang didapat anaknya dapat dimaksimalkan, pengajar privat tersebut juga didatangkan dari mantan pengajar YPSA.
"Kami juga sudah berusaha untuk mendatangkan pengajar privat dari mantan guru YPSA, dengan harapan kurikulum yang sejalan, namun durasi dan intensitas pertemuan tidak dapat mengejar ketertinggalan. Sebagai salah satu contoh adalah pelajaran ikro, hal ini juga sebagai bantahan pernyataan psikolog dari YPSA yang hadir pada pertemuan kedua tersebut, yang menyatakan bahwa kurikulum TK hanya pada pengenalan alat tulis dan perkembangan motorik saja, tidak ada baca. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, kami mohon solusi yang kami sampaikan kepada pak Rudy agar Keanu diijinkan tatap muka setiap hari, " ucap Swa Ika.
"Kondisi lingkungan para orangtua murid yang sudah tidak kondusif dan dapat berpengaruh terhadap psikologis anak. Adalah suatu hal yang wajar bila anak-anak seusia TK dengan berbagai karakter, dalam berinteraksi dan bersosialisasi ada yang lebih dominan dari segi fisik maupun karakter dengan keisengan, kejahilan maupun “kenakalan” ala anak-anak dari berbagai karakter. Untuk itulah kami tempuh dan percayakan pendidikan dan pembentukan pribadi, karakter serta akhlak Keanu kepada YPSA untuk dapat menjadi bagian dari “Golden Generation” sesuai moto YPSA dan bernuansa keagamaan. Inilah dasar utama pertimbangan kami dalam menentukan pilihan sekolah bagi Keanu sejak usia dini.Disini dituntut kematangan, kedewasaan berpikir dari Wali kelas dalam menyampaikan beberapa kejadian kepada masing-masing orangtua murid meskipun itu melalui japri. Mana yang bisa ditangani oleh guru, diselesaikan internal di lingkungan antar anak dan cukup sampai didalam kelas saja, mana yang perlu disampaikan kepada orangtua dengan bahasa penyampaian yang menyejukkan mengingat beragam sifat dan karakter orangtua. Sehingga tidak meluas dan menjadi bahan ‘gibhah’ yang mengarah kepada Keanu, " sambungnya.
Cara Psikolog dalam menggali informasi, lanjut Swa Ika, "yang kami rasakan lebih kepada interogatif daripada pendekatan konsultatif saat memanggil kami selaku orangtua yang lebih tua.Demikian surat pengajuan permohonan pengembalian uang yang telah kami bayarkan sebelum mengikuti pendidikan ini kami buat untuk dapat dipertimbangkan dan direalisasikan mengingat bahwa Keanu tidak dapat memanfaatkan pendidikan sesuai dengan masa dan waktunya, " tutup Swa Ika, Orang tua murid Keanu.
Sebelumnya, Dikesempatan yang sama, pihak kepala sekolah Ade Muthia Nainggolan, S.Pd, didampingi bagian humas, Rudi Sumarto dan Wakil kepala sekolah serta lainnya memberikan penjelasan bahwa, "Kita memanggil orang tua Keanu karena anaknya melakukan pemukulan dengan teman-temannya, bukan hanya teman yang satu, mungkin ada beberapa teman lain yang melakukan pembalasan, tapi ini anaknya diam dan kebutuhan khusus yang tidak pernah mengganggu teman, " jelas Ade.
Menurut Miss Ade selaku Kepala Sekolah, bahwa semua yang dilakukan terhadap anak Swa Ika itu sudah dibuatkan laporan secara tertulis. itulah Cara penanganan pihak sekolah terhadap anak yang melakukan perbuatan yang memukul temannya, dengan cara tersebut mengajak orang tua untuk kerjasama.
"Saya menyampaikan kalau kita ini tidak bisa tatap muka sering-sering, kita mau buat peraturan tiga kali seminggu, namun orang tua Keanu tanya sampai kapan? dan Saya tidak bisa menjawab itu sampai kapan karena peraturan pemerintah berubah-ubah, " ucap Ade.
Menurut Ade, Orang tua Keanu memaksakan agar anaknya tetap belajar tatap muka setiap hari.
Kepala Sekolah, Ade Muthia Nainggolan membenarkan bahwa kalau bapak tidak bisa mengikuti peraturan kita, silakan tarik anak bapak.
"saya mengucapkan seperti itu, orang tua murid emosi, seakan-akan saya mau bilang mengusir anaknya, bahasa seperti itu apakah saya mengusir, itu kan kalau Bapak tidak bisa bekerja sama dengan sekolah, kita kan di sekolah itu ada yang namanya peran orang tua, " sambung Ade.
"Kalau dari orang tua saja tidak bisa kerjasama, bagaimana kita mau mendidik anak ini, " jelasnya.
"Wali kelas itu harus menyampaikan apa yang terjadi kepada anaknya. apalagi anak TK, harus sekecil apa pun harus kita sampaikan, itu prosedur dari kita karena setiap orang tua berbeda - beda, " terangnya.
Ade Muthia Nainggolan juga menjelaskan bahwa kejadian yang terjadi disekolah tidak disebar luaskan kepada orang tua lain, kemungkinan anak yang dipukul oleh Keanu mengadu kepada orang tuanya
Ade menyebutkan bahwa kejadian tersebut tidak bisa dikontrol keseluruhannya, karena ketika dilakukan baris berbaris, dibelakang barisan sudah terjadi pemukulan.
"Ini kejadiannya setiap anak bapak itu masuk, kalau anak bapak itu tidak masuk tidak ada kejadian gini, " ucapnya.
"Kita awasi terus, tapi tetap namanya anak-anak, kadang kalau udah dekat sama temannya tiba-tiba udah dilakukan, " jelasnya.
"kita juga tidak mendoktrin anak-anak itu untuk membenci anak yang sudah dipukulnya, kita bilang sayang temennya tidak sengaja, tapi kan namanya anak - anak pasti ngadu sama orang tuanya, itu yang tidak bisa dalam jangkauan kita, " ucapnya.
Ade Muthia Nainggolan juga merasa kaget ketika orang tua yang sudah tidak mau diajak kerja sama, namun pagi - pagi sudah datang ke sekolah
"Anaknya saya ajak konsultasi ke psikolog, saya ajak jalan-jalan ke Raz Garden, " ucap Ade.
"kami izinkan masuk, tidak benar bahwa anak itu dibiarkan, diajak kasih makan ikan di kebun, Keanu juga mengucapkan saya senang, besok saya ke sini lagi ya Miss, senang dia kami ajak kasih makan ikan, " ungkapnya.
"Waktu itu Ibu Keanu minta pengembalian dana administrasi, kita bilang boleh Ibu, sebenarnya itu tidak boleh mengembalikan administrasi di pertengahan jalan. Karena kita kan sudah berusaha memperbaiki bukan kita mengusir lagi. karena sudah ada SOP nya di di waktu pendaftaran, " katanya.
"saya bilang Ibu buatkan surat permohonan untuk pengembalian dana, Kalau masalah permohonan itu kita kan juga ada kebijakan. Bukan hanya ini, kalaupun ada juga orang tua yang pindah tugas, " ucapnya.
"memang dari Yayasan tidak boleh kembali, namun ada kebijakan-kebijakan lain, kebijakan kita kembalikan 50%, itu kebijakan dari yayasan, " tegasnya. (Alam)